TOP

15/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bibel Sendiri Menyiratkan Bahwa Yesus Tidak Pernah Disalib!


Jadi, benarkah Yesus pernah disalib?
Jika pertanyaan ini diajukan kepada umat paulus, seketika itu juga mereka akan menjawab, "YA!"

Tetapi cobalah tanyakan lebih lanjut, misalnya begini, "apakah anda yakin dengan jawaban anda itu?" Lalu perhatikan dengan seksama apa jawabnya?

Mereka menjawab "YA!" tadi karena sudah terlanjur terbius oleh doktrin gereja yang mengiming-imingi janji sorga bahwa asal percaya Yesus sebagai Kristus (sebutan Mesias dalam pengertian kekristenan, atau Yesus yang "menyelamatkan" melalui soteriologi salib via dolorosa) maka dijamin jika mati nanti pasti masuk sorga!

Padahal Mesias menurut doktrin Kristen sangat berbeda dengan Mesias dalam pengertian Yahudi, satu-satunya masyarakat di dunia ini yang memiliki konsep Mesias di dalam tradisi keagamaannya, sementara pengikut kristen tnggal menjiplak dan seenak perut memodifikasinya sesuai selera sendiri.

Kematian Yesus dikayu salib harus diyakini telah "menyelamatkan" mereka, yaitu dengan mempercayai azab, penderitaan, penghinaan, kematian secara tragis yang sangat memalukan bagi 'orang suci' yang diurapi Tuhan (yang sebenarnya hanya pantas untuk orang terkutuk: Ulangan 21:22-23), kemudian bahkan menganggap tindakan barbar tersebut sebagai hal yang sakral, maka mereka telah dijamin pasti masuk surga.

Misionaris Kristen secara gencar memberitakan bahwa soteriologi salib ini berbeda dari soteriologi Islam, yang mengharuskan manusia melakukan kebaikan lebih banyak dari keburukan jika manusia ini ingin mengalami keselamatan, yakni masuk surga.

Dalam penilaian yang salah tersebut, soteriologi Islam yang menempatkan perbuatan manusia pada tempat utama, menurut para misionaris pewarta Kristen ini menyebabkan umat Muslim terus menerus merasa tidak pasti mengenai masa depan mereka di alam akhirat.

Jadi menurut umat Paulus sedunia, justru kematian melalui penyaliban Yesus dikayu salib inilah sebagai satu-satunya jalan yang dapat mengantarkan mereka memasuki surga. Karena itu mereka harus percaya, asal percaya, tidak boleh meragukan sedikitpun atas dogma tersebut, menerima dengan patuh, dengan iman (sola fide). Selanjutnya mereka tinggal menerima keselamatan saja, jika mati nanti langsung masuk surga, tanpa harus membayar apapun, sebab semuanya diberikan secara gratis (sola gratia), karena Yesus, demi manusia, sudah menanggung hukuman berat ini di dalam azab, kesengsaraan dan kematiannya secara terkutuk (Galatia 3:13).

Tapi bagaimana jika ternyata Yesus tidak pernah disalib?
Melalui Al Qur'an, Tuhan yang disembah Yesus  menegaskan bahwa Yesus tidak pernah disalib.

Dan karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa, selalu dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), melainkan hanya mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa ke hadirat-Nya. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (QS. 4:157-158).

Beeberapa pernyataan dari Alkitab juga menolak klaim terjadinya penyaliban terhadap Yesus.

1. MAZMUR  91 menolak klaim atas penyaliban terhadap Yesus, karena:

(a) Allah mendengar tangisannya, doanya, menghilangkan rasa takutnya (Mazmur 91:15, 5, 3) dan menyelamatkannya dari penangkapan (Mazmur 91:3). (15) Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya. (5) Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang, (3) Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk. Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang.

(b) Tak ada malapetaka yang akan menimpa Yesus, apalagi kematian melalui penyaliban! (Mazmur 91:10). (10) Malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu

(c) Yesus bahkan menonton pada saat orang yang mirip dengannya disalibkan (Mazmur 91:8). (8) Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan melihat pembalasan terhadap orang-orang fasik.

(d) Allah akan menurunkan para malaikat untuk melindungi dan mengangkatnya (Mazmur 91:11-12, 14). (11) Sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. (12) Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu. (14) Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku

(e) Yesus hidup panjang umur dari sejak dilahirkan sampai akhir zaman saat ia turun kembali ke bumi (Mazmur 16). (16) Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku."

Ayat-ayat Mazmur ini dijadikan dasar penolakan penyaliban Yesus karena ayat ini pula yang menegaskan bahwa Yesus adalah anak kesayangan Allah dalam Perjanjian Baru (khususnya dalam Luk 4:10-12 dan Mat 4:5-10).

2. YEREMIA 23 menolak klaim atas penyaliban terhadap Yesus karena:

Yesus adalah calon raja teokratis Yahudi saat itu. (5) Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. (6) Apabila ia memerintah, orang Yehuda akan selamat, dan orang Israel akan hidup dengan aman. Raja itu akan disebut 'TUHAN Keselamatan Kita'. Hal yang sama juga dinubuatkan dalam Mazmur/ Psalm 9 (6) Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus! (7) Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. (8) Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. (9) Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk." Tetapi sayang, Yesus hanya menjadi 'raja sehari' seperti yang diungkap dalam Mat (21:1-9); Mark (11:1-10); Luk (19:28-38) dan Yoh (12;12-15), karena ia dikhianati oleh kaumnya yang bersekutu dengan penjajah Romawi, sehingga ia diangkat ke langit, diselamatkan (poin 1). Karena itu, nubuat dari Nabi Zakharia (9:9-10) hanya terpenuhi sampai ayat 9, (9) Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.

3. YESAYA  52 & 53, menolak klaim penyaliban terhadap Yesus karena:

(a) Yang menjadi korban adalah orang yang sangat buruk rupa (Yesaya 52:14; 53:2) (14) Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia, begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi, (2) Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Sedangkan yang disalibkan sangat tampan (setampan bintang film The Messiah), bahkan meskipun ia berlumuran darah tetap saja ia terlihat tampan di The Passion of The Christ.

(b) Yang menjadi korban adalah orang yang sangat dihinakan, selalu dijauhi orang (Yesaya 53:3) (3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Sedangkan Yesus bahkan sejak dilahirkan pun membuat heboh banyak orang (Mat 2:1-11; Luk 2:8-20), saat remaja telah memukau imam-imam Yahudi di Bait Allah (Luk 2:41-52), dalam kehidupannya selalu menjadi pujaan orang banyak, sangat dihormati orang (Mat 21:1-7; Mark 11:1-11; etc), diurapi roh kudus (Mat 3:16-17; Mark 1:10-11; Luk 14:15-21; Yoh 1:32), penuh mukzijat menurut 4 injil kanonikal selama masa pelayanannya, dari menyembuhkan orang sakit, memperbanyak makanan, mengusir setan dan membangkitkan orang mati.

(c) Yang menjadi korban tidak mengatakan apapun (Yesaya 53:7), sedangkan yang dianggap Yesus banyak berkata-kata, sejak mulai penangkapan sampai terjadi penyaliban (7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.

(d) Yang menjadi korban tidak pernah melakukan kejahatan dan menipu (Yesaya 53:9) (9) Ia dikuburkan bersama orang jahat; makamnya di tengah-tengah orang kaya, walaupun ia tak pernah melakukan kejahatan, dan tak pernah menipu." Sedangkan Yesus menurut Alkitab dapat dikatakan pernah melakukan kejahatan, yaitu menjuluki anjing tanpa alasan apapun kepada seorang wanita (Kanaan, Mat 15:22-26/ Siro fenisia? Mark 7:26-27), pernah mengutuk pohon ara karena tidak ada buahnya sedangkan saat itu Yesus merasa kelaparan (Mat 21:18-20; Mark 11:12-20), pernah bersama murid-muridnya mencuri gandum bahkan di hari sabat (Mat 12, Mark 2:22, Lukas 6), dan mungkin menipu pemilik keledai karena Bibel tidak menceritakan kapan Yesus mengembalikan seekor keledai (atau 2 ekor Mat 21) yang katanya hanya dipinjam sebentar (Mark 11, Lukas 19:30).

(e) Yang menjadi korban penebus salah adalah orang yang sangat merelakan dirinya dikorbankan (Yesaya 53:10). (10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. Sedangkan Yesus tidak rela disalibkan, terungkap dalam doanya di taman Getsmani, sehingga beliau diselamatkan sedangkan orang yang diserupakan dengan beliau ditangkap (Mat 26:36-46; Mark 14:32-42; Luk 22:39-46).

Figur hamba Tuhan yang menderita dalam Yesaya tersebut tentu saja bukan Yesus, karena Yesus tidak memenuhi kriteria sesuai dengan apa yang tertulis di dalamnya. Dalam konteks historisnya pun, Yesaya bukan mengarah (menubuatkan) pada suatu figur mesianik yang jauh di depan, yang belum lahir, yang akan di azab, yang azab dan kematiannya menyelamatkan, menebus umat manusia di seluruh dunia dalam segala zaman, tetapi suatu figur historis tertentu pada zaman ketika Yesaya ditulis (masa Pembuangan di Babel, abad VI SM). Bisa saja figur tersebut adalah seorang imam, seorang nabi Yahudi, yang azabnya mendatangkan kesembuhan, kebaikan dan kesejahteraan bagi bangsa Yahudi sendiri, bukan untuk dunia secara universal dalam segala zaman.

Bahkan dalam dokumen Yahudi ekstrakanonik juga memuat gagasan soteriologis Yahudi yang serupa. Dalam 4 Makkabe 5:1-6:28 (50 M berdasarkan 2 Makabe 125 SM) terdapat kisah tentang Eleazar, seorang tua dari keluarga imam. Dikisahkan, menjelang ajal sebagai seorang martir di perapian yang panas bernyala-nyala Eleazar berkata, "Ya, Tuhan, Engkau mengetahui bahwa aku dapat luput. Tetapi kini aku sekarat di dalam perapian ini demi Taurat. Berilah rakhmat-Mu pada umat-Mu; semoga kekejaman yang aku alami ini melunasi semua yang harus mereka tanggung. Biarlah darahku menyucikan mereka, ambillah nyawaku sebagai suatu pengganti bagi mereka" (6:27-28). Dan, hal yang terpenting adalah kenyataan sejarah bahwa pada akhirnya para pejuang Makkabe melalui pengurbanan diri mereka sampai mati syahid secara mengerikan melawan Raja Antiokhus IV Epifanes terhadap bangsa dan agama Yahudi membuahkan kemerdekaan dan penyucian bagi bangsa Yahudi untuk jangka waktu yang cukup panjang (142-63 SM). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Yesaya 53 terpenuhi oleh Elazar, kontras dengan gerakan Yesus yang tidak menghasilkan kemerdekaan dari bangsa Romawi, bahkan akhirnya orang Islam yang membebaskan Yahudi dari cengkeraman Romawi melalui Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 640 M, sehingga dapat dibangun Bait Suci ke-3 (Masjid Al-Aqsa) diatas 'bukit suci' yang telah dijadikan tempat pembuangan sampah oleh para penyembah trinitas.

Berdasarkan hal di atas, maka sungguh benar Allah dengan firman-Nya, yang menjelaskan bagaimana mereka berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa. Al-Qur'an tidak menyatakan Alkitab yang berselisih, tetapi dengan terang menyebut kata "mereka" yang artinya orang-orang, karena sebenarnya Alkitab pun menolak adanya pembunuhan dan penyaliban terhadap Yesus Isa Al-Masih 'alaihissalam. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bagian Alkitab (Perjanjian Baru) yang mengkonstruksi soteriologi salib, yang mengisahkan terbunuhnya Yesus di kayu salib, bukan berasal dari firman Allah, tetapi berasal dari orang-orang yang berselisih pendapat. Mereka inilah yang menuliskan Perjanjian Baru, jauh setelah terjadinya peristiwa penyaliban itu sendiri, yaitu pada permulaan abad kedua Masehi, dibawah arahan surat-surat Paulus (yang berisi doktrin dosa waris, penebusan dosa & pembatalan hukum Taurat yang sudah lengkap sejak tahun 50 M), dalam rangka membangun doktrin soteriologi salib dalam Perjanjian Baru.

Dengan mengkonstruksi doktrin soteriologi salib, gereja perdana berhasil mengubah kematian orang yang dianggap sebagai Yesus yang secara faktual adalah sia-sia menjadi kematian yang bertujuan sesuai keinginan mereka. Mereka juga dapat mengatasi kegoncangan jiwa dan rasa malu yang besar, dengan melakukan rasionalisasi atas berbagai hal buruk yang  sangat tragis, yang menurut mereka telah dialami oleh Yesus. Dalam rangka merasionalisasi inilah, sakralisasi terhadap jalan salib dan kematian atas orang yang dianggap sebagai Yesus dilakukan: Ya, memang Yesus harus disengsarakan dan dizalimi dan dibunuh karena semua ini sudah dikehendaki (Yunani: dei) Allah untuk menebus manusia dari dosa-dosa mereka (dosa warisan maupun dosa masa kini) dengan jalan mengurbankan Yesus, yang sangat sesuai dengan ajaran Paulus.

Oleh umat Kristen Perjanjian Baru, teks Yesaya dikenakan kepada orang yang dianggap Yesus, seperti dapat kita baca dalam 1 Petrus 2:22-25; khususnya ayat 24 yang memuat kutipan langsung dari teks Yesaya: "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhnya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurnya kamu telah sembuh." Mereka juga menempelkan ayat-ayat Perjanjian Lama pada lidah dan mulut orang yang dianggap Yesus, sehingga seolah-olah Yesus memang terlahir untuk disalibkan, seolah-olah Yesus rela mati untuk menebus dosa manusia sedunia, seolah-olah Yesus mati secara terkutuk dan mengenaskan sebagai tiket gratis ke surga. Padahal semua itu tinggal mencomot isi Perjanjian Lama dan dimasukkan dalam Perjanjian Baru. Dan tentu saja orang yang tergantung di kayu salib dan mengatakan Eloi, Eloi lama sabhaktani oleh penulis Markus 15:34 dan Matius 27:46 (dengan mencomot Mazmur 22:1) bukanlah Yesus, tetapi orang yang dianggap sebagai Yesus.

Dengan demikian, ada 3 poin penting yang dapat disimpulkan, yaitu:
  1. Yesus bukanlah hamba Tuhan yang menderita (ebed YHWH) dalam Yesaya 52 dan 53, tetapi anak kesayangan Allah dalam Mazmur 91, Mesiah versi Yahudi yang akan menjadi raja teokratis Yahudi saat itu menurut Yeremia 23, Mazmur 9 dan Zakharia 9, yang dikhianati bangsanya, namun beliau 
  2. diselamatkan oleh Allah, diangkat ke langit.
  3. Yesus tidak dibunuh maupun disalibkan, meskipun peristiwa penyaliban tersebut ada, tetapi yang disalib adalah orang yang diserupakan dengan Yesus, bukan Yesus.
  4. Soteriologi salib tidak berasal dari Yesus, tetapi sepenuhnya ciptaan gereja perdana sesuai arahan surat-surat Paulus (seorang penyesat/ rasul palsu yang ditolak oleh Yesus/ Wahyu 2:2), yang dibangun jauh sesudah masa kehidupan Yesus. Karena itu, soterilogi salib bukan jalan keselamatan, tetapi jalan kebinasaan.
Jadi, masih percayakah anda bahwa Yesus pernah disalib sebagai free tiket untuk masuk sorga?

Bila demikian, semestinya anda saat ini sedang hidup di dalam Surga (Mat 16:28; Mark 9:1; Luk 9:27). Bila tidak, dan ternyata memang tidak, maka ini adalah bukti lain dari omong kosong inneracy Alkitab.

Nah, apa lagi yang anda tunggu?


Semoga bermanfaat
Baca Juga

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Saya percaya Tuhan Yesus oleh kematianNya aku sudah ditebus dari kutuk dosa bahkan dosa dari Adam & Hawa, dan KebangkitanNya dari kematian yang menyatakan bahwa Yesus yang mengalahkan kematian atas dosa2 manusai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang kau percayai itu adalah bualan Paulus dalam Efesus 1:7, dik!
      Yesus tidak pernah mengajarkan dosa asal apalagi penebusan dosa di tiang salib!

      Hukum tentang dosa yang ditetapkan oleh Allah, Tuhannya Yesus, sudah sangat jelas.
      Yesus sendiri yang menegaskan bahwa setiap anak manusia menanggung konsekuensi dari dosanya masing-masing.

      Anak tidak menanggung dosa ayahnya, demikian pula sebaliknya! (Yehezkiel 18:20, Ulangan 24:16)

      Sedangkan bangkit dari kematian yang kalian puja-puja sebagai bukti Yesus mengalahkan maut, justru lebih konyol lagi!

      Semua murid Yesus tau bahwa guru mereka tidak pernah bangkit dari kematian tapi dibangkitkan oleh Allah, bukan untuk menjadi Tuhan seperti angan-angan gila Paulus - dan kalian turuti pula kegilaannya - tapi untuk tetap menjadi hamba Allah!
      Kau bacalah dengan teliti Kisah Para Rasul 2:32, 3:11, 3:26, 4,27.

      Kau tau apa arti hamba Allah kan?

      Jadi, sudahilah mimpi di sinag bolong kalian!
      Kembalilah ke ajaran Yesus yang sebenarnya.


      Hapus