TOP

15/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tragedi Jambu Kluthuk!


Saya punya satu cerita menarik dengan 2 versi.


VERSI PERTAMA

Begini:
Lurah kampung kami terkenal sebagai orang tua yang tegas, namun arif lagi bijaksana dalam segala hal.

Suatu ketika, beliau memergoki 2 orang anak tetangga mencuri sebiji jambu kluthuk di halaman belakang rumahnya. Karuan saja anak-anak ini langsung dia tangkap, kemudian ditegur dan dinasehati bahwa mengambil buah jambu kluthuk di halaman orang lain secara diam-diam itu salah.

Karena sadar akan kesalahannya, anak-anak ini kemudian memohon maaf kepada pak Lurah dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan mereka.

Sebagai orangtua yang arif, tentu saja pak Lurah menerima permohonan maaf anak-anak itu dengan penuh welas asih. Namun sebagai Lurah, dengan tujuan pembelajaran, beliau kemudian tidak memperbolehkan anak-anak ini untuk masuk lagi ke halaman belakang rumahnya secara diam-diam.

Sejak kejadian itu, anak-anak tadi pun tidak pernah lagi terlihat berada di dekat rumah pak Lurah.

Cerita pun TAMAT sampai di di situ.




VERSI KEDUA

Ceritanya persis sama seperti versi pertama. Cuma ada tambahan sedikit begini:
Beberapa tahun setelah kejadian itu, entah dari mana asalnya, seorang penderita gangguan ingatan masuk ke kampung kami dan berkeliling kampung mengabarkan berita kepada setiap orang yang ditemuinya bahwa dirinya adalah seorang Carik (jurutulis di kantor pak Lurah) yang diangkat langsung oleh pak Lurah dan diperintah untuk mengabarkan berita bahwa peristiwa pencurian sebiji jambu kluthuk oleh 2 anak tetangga beberapa tahun silam itu telah membuat pak Lurah sedemikian murka, sehingga untuk melampiaskan kemurkaannya kepada 2 anak tetangga yang sudah minta maaf tsb, pak Lurah menggantung anak tunggalnya sendiri sampai mati!

Menurut cerita si Carik dari negeri antah barantah ini, membunuh satu-satunya anak kandung kesayangannya itu dilakukan oleh pak Lurah sebagai penebus kesalahan yang dilakukan oleh 2 anak tetangganya!



Sampai di sini, menurut anda cerita versi mana yang 
lebih masuk akal dan lebih bisa dipercaya?  
Versi pertama, atau versi kedua?
Alasannya?




[Sumber: Gus Mendem, bermain antara iman & logika]





** Pernah diperdebatkan juga di sini

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar