1. Yang dinamakan kristenisasi ialah mengkristenkan orang atau membuat seseorang memeluk agama Kristen. Arti kata-kata itu menurut istilah ialah: mengkristenkan orang secara besar-besaran dengan segala daya upaya yang mungkin agar supaya adat dan pergaulan dalam masyarakat mencerminkan ajaran agama Kristen. Masyarakat yang demikian akan lebih melancarkan tersiar luasnya agama Kristen. Akhirnya kehidupan rohani dan sosial penduduk diatur dan berpusat ke gereja.
2. Kristenisasi tidak hanya dilancarkan terhadap orang-orang yang belum memeluk agama atau mereka yang memeluk agama animisme saja, tetapi juga ditujukan terhadap orang yang telah memeluk agama Islam. Pengkristenan dipercayai sebagai satu tugas suci yang dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh ditinggalkan. Mengkristenkan orang dianggap sebagai membawa kembali anak-anak domba yang tersesat, dibawa kembali kepada induknya. Manusia-manusia sebagai anak domba akan dibawa kepada kerajaan Allah.
3. Kristenisasi adalah usaha internasional, artinya mereka bermaksud menyebarkan agama Kristen ke seluruh dunia. Dapat diakui bahwa ini adalah mutlak hak asasi mereka, sebagaimana orang Muslimin-pun mempunyai tugas menyiarkan Islam ke seluruh dunia. Namun demikian memang perlu sama-sama disadari perlunya suatu garis pengamanan yang dapat menghindarkan terjadinya pergesekan dan perselisihan, sehingga masing-masing pemeluk agama tertentu tidak merasa cemas untuk dipaksa atau dibujuk atau diusahakan pindahnya kepada agama lain. Garis ini harus jelas dan ditaati terutama oleh para pemeluk agama yang telah disahkan oleh Negara Republik Indonesia seperti misalnya agama Islam dan Kristen (Masehi).
4. Pada tanggal 30 Nopember 1967 Pemerintah mengadakan Musyawarah Antar Agama bertempat di gedung Dewan Pertimbangan Agung Jakarta, dengan maksud antara lain untuk membina saling pengertian dan saling toleransi antara pemeluk-pemeluk agama terutama Islam dan Masehi. Dalam sambutan tertulis Jenderal Suharto pada waktu itu, Pejabat Presiden Republik Indonesia, menyatakan keprihatinannya atas kenyataan bahwa penyiaran agama masih dilakukan orang terhadap mereka yang telah memeluk agama tertentu. Dijiwai oleh sambutan Pejabat Presiden itu maka pihak umat Islam mengusulkan rumusan persetujuan, yaitu: rakyat yang telah beragama jangan dijadikan sasaran penyebaran agama lain. Pihak Masehi menolak keras usul itu. Maka dicoba untuk mengadakan pertukaran pikiran dan pendekatan-pendekatan namun sia-sia, yang mengakibatkan musyawarah yang berlangsung hampir 24 jam itu tidak menghasilkan sesuatu yang kongkrit.
5. Kristenisasi dalam pengertian politik ialah: berusaha untuk lahirnya undang-undang ataupun peraturan atau tindakan dan sikap penguasa, yang memberi kesempatan lebih banyak lagi bagi tersiarnya agama itu atau menguntungkan bagi agama itu. Apabila penyebaran dalam masyarakat telah berhasil dan dalam bidang politik berhasil pula, maka terbukalah jalan yang selebar-lebarnya untuk menjadikan keseluruhan masyarakat bernapaskan Kristen, sehingga diharapkan dengan cepat umat Kristen akan menjadi mayoritas, seperti umpamanya kejadian di Pilipina, yang sekarang ini ternyata menjadi basis perluasan ke seluruh Asia Tenggara.
6. Usaha Kristenisasi itu dilakukan dengan segala daya, beaya peralatan yang lengkap, rencana yang masak, tehnik yang tinggi, kemauan dan kesungguhan yang mantap dan kuat, keyakinan yang mendalam serta melalui segala jalan dan saluran yang meresap dalam hampir semua aspek kehidupan manusia: sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, politik dan segala macam hiburan.
4.2 SEJARAH KRISTENISASI OLEH GEREJA PROTESTAN
1. Zending Protestan pertama kali datang ke Indonesia pada
tahun 1831 dengan dua orang pendeta bernama Riedel dan
Schwarz ke Minahasa. Pada tahun 1850 mereka membuka sebuah
Kweekschool (sekolah pendidikan guru) di Tomohon dan pada
tahun 1868 dibuka pula Sekolah Guru Injil (Hulpzendelingen).
Kristenisasi di Minahasa itu ditangani dan dibeayai oleh
Nederlandse Zendelinggenootschap yang didirikan di Rotterdam
tahun 1787. Pada tahun 1882 di Minahasa juga didirikan
asrama dan sekolah khusus bagi anak-anak pegawai negeri
serta orang-orang terkemuka. Semua sekolah tersebut mendapat
subsidi dari Pemerintah Hindia Belanda. Tahun 1888 mereka
mendirikan percetakan untuk mencetak buku-buku, selebaran
dan sebuah surat kabar yang bernama, "Cahaya Siang."
2. Di kepulauan Sangihe dan Talaud bangsa Portugis telah
lebih dahulu menyiarkan agama Kristen. Pekerjaan ini
kemudian diambil alih dan diteruskan oleh bangsa Belanda di
Ambon dan Maluku dipelopori antara lain oleh: J. Kam pada
pertengahan abad ke 19 juga. Dia adalah utusan dari
Nederlandse Zendinggenootschap tersebut. Kemudian mereka
luaskan sampai ke pulau Buru. Adapun daerah Sulawesi Tengah
dan Tenggara kristenisasi dilakukan oleh Bala Keselamatan
atau Leger des Heils, sedang Gereformeerde Zendingbond
mengirimkan pendeta Van Den Loodrecht ke Luwuk pada tahun
1913. Di Bolaang Mongondow pengkristenan dilakukan oleh
Nederlandse Zendinggenootsehap. Pada tahun 1904 seorang raja
meminta kepada Zending itu untuk mendirikan sebuah H.l.S.
disana. Sekolah ini terlaksana pada tahun 1913. Perkumpulan
De Nederlandse Zendingvereniging yang semula diberikan tugas
mengkristenkan Jawa Barat, pada tahun 1915 juga beroperasi
di Sulawesi Tenggara.
3. Kristenisasi di Jawa Timur dipelopori oleh seorang tukang
jam bangsa Belanda di Surabaya yang bernama Emde dan seorang
tuan tanah bernama C. Coolen kira-kira pada tahun 1840.
Empat tahun kemudian pengikut mereka berhasil membentuk
sebuah desa Keristen di Mojowarno di mana dewasa ini berdiri
sebuah rumah sakit Kristen yang amat besar dan modern. Pada
tahun 1848 seorang zendeling lagi yaitu E.J. Jellesma datang
ke Surabaya lalu ke Mojowarno. Dengan dibantu oleh seorang
guru Injil Paulus Tosari didirikannya sebuah Kweekschool
yang kemudian terpaksa ditutup pada tahun 1858. Tetapi pada
tahun 1500 dapat dibuka kembali. Murid-murid dari pengikut
C. Coolen menyebarluaskan agama Kristen ini sampai ke
Pasuruan dan Kediri. Kemudian berdatangan para zendeling
dari negeri Belanda untuk menyebarkan agamanya di
tengah-tengah umat Islam. Mereka mendirikan rumah sakit
rumah sakit di banyak tempat di samping rumah sakit besar
Mojowarno.
4. Di Jepara tinggal seorang bernama Tunggul Wulung yang
terkenal dengan julukan Kiyahi Berahim. Dia adalah seorang
petapa yang mengaku telah mendapat wahyu dari Allah lalu
masuk Kristen. Tetapi kemudian dia campur-adukkan
kepercayaan Kristen dengan Islam dan animisme, akhirnya dia
tidak diakui lagi oleh gereja. Ada pula seorang santri
bernama Sadrah, yang berhasil ditarik memeluk agama Kristen
oleh seorang zendeling yang bernama Hoezoo. Sadrah kemudian
mengembara hampir ke seluruh tanah Jawa dan banyak bertemu
serta berwawancara dengan penyebar agama Kristen lainnya. Di
Jakarta, dahulu Batavia, dia bertemu dengan MR. F.L.
Anthing, bekas pejabat tinggi kehakiman di Semarang yang
telah pindah ke Jakarta, Dia ini sangat besar jasanya dalam
pernyebaran Kristen. Tahun 1867 Sadrah dibaptiskan dan dua
tahun kemudian dia dipindahkan ke Purworejo untuk menyiarkan
Kristen bekerja sama dengan nyonya Philips. Tahun 1870
pindah ke desa Karangjasa dekat Bagelen dan terus giat
menyebarkan agamanya dan memimpin kaum Kristen Jawa. Dari
sana Kristenisasi diperluas oleh Dewan Gereja (Gereformeerde
Kerken) ke Banyumas dan Kedu lalu meluas ke Yogyakarta dan
Surakarta.
5. Adapun di Sumatera pekerjaan zending dapat dikatakan
dimulai pada tahun 1890 di dacrah Sumatera Pasisir Timur.
Pada tahun 1894 mereka sampai ke utara Danau Toba daerah
Batak Karo. Pada tahun 1915 mereka dirikan rumahsakit di
bawah pimpinan seorang Zuster bangsa Belanda. Pulau Nias
dimasuki pada tahun 1866 oleh para zendeling dari
perkumpulan Rheinische Missionsgeselschaft, yaitu gabungan
zending yang berdiri pada tahun 1823 dan berpusat di Barmen
wilayah Dusseldorf, Jerman. Mereka juga melebarkan sayap ke
Pulau Mentawai dan Enggano. Rheinische Missionsgeselschafe
ini juga beroperasi di pulau Kalimantan sebelah Selatan dan
Timur untuk mengkristenkan suku Dayak. Pada tahun l904
kelihatan kemajuannya di Kuala Kurom dan Kahayan Hulu, lalu
meluas dengan pesat.
Demikianlah ringkasan sejarah kristenisasi yang dilakukan
oleh agama Protestan di tanah air kita.
4.3 SEJARAH KRISTENISASI OLEH GEREJA KATOLIK
1. Pada tahun 1902 di Batavia (Jakarta) mulai didirikan
Apostolisch Vicariaan Van Batavia. Tetapi agama Katolik
telah masuk ke Indonesia jauh sebelum itu. Pada abad ke 16
agama ini telah memasuki kepulauan Maluku, Ambon, Ternate,
Solor dan Nusa Tenggara. Penyebarannya mula-mula dilakukan
oleh bangsa Portugis yang menguasai kepulauan itu. Pada
tahun 1546 seorang Apostel (muballigh) dari India juga
datang ke sana, bernama Fransiscus Xaverius. Dia berhasil
menarik simpati pemerintah Portugis dan penduduk asli. Tahun
1605 pulau Ambon dapat ditaklukkan. Pada waktu itu di Ambon
telah ada 4 buah gereja dan sekitar 16.000 orang beragama
Katolik.
2. Agama Katolik memasuki Sulawesi dari Makasar, dan itu
semua dilakukan oleh pengikut madzhab Dominicus Orde (H.
Dominicus hidup tahun 1170 - 1221) dan pengikut madzhab
Yesuiten Orde. Madzhab Yesuit ini pada mulanya didirikan
oleh seorang bangsawan Spanyol bernama Ignatius Loyola yang
lahir tahun 1491.
Dia adalah penganut aliran mistik dalam agama Katolik. Dalam
peperangan melawan Perancis mendapat cedera yang
mengakibatkan kelumpuhan seumur hidup. Mistiknya bertambah
menebal dan mendapat banyak pengikut. Pada tahun 1529
dibentuknya di Paris suatu jama'ah yang dibai'at untuk
mengabdi kepada Paus dan menyebarluaskan agama Katolik,
Tahun 1539 semua anggota jama'ah dilantik menjadi pastor dan
tahun 1560 Paus Paulus III meresmikan jama'ah ini sebagai
Jamaah Yesus atau the Society of Yesus. Jamaah terus
berkembang maju dan bersama Orde Yesuit.
3. Gerakan agama Protestan yang sangat memusuhi Gereja
Katolik berhasil menghancurkan kedudukan Missie Katolik di
India sejak abad ke 17. Tetapi revolusi Perancis telah
menyebabkan terjadinya pergolakan politik di negeri Belanda
yang mengakibatkan hancurnya pusat Zending Protestan dan
bangkitnya kembali Missie Katolik, serta menjadi sangat
kuat. Setelah jazirah Malaka dikuasai oleh bangsa Belanda
dan kekuasaan mereka di Indonesia bertambah mantap, maka
secara bertahap penyebaran agama Katolik di Sulawesi
diambil-alih oleh bangsa Belanda, yaitu pada tahun 1807.
Tujuh tahun kemudian yaitu tahun 1904 Pusat Missie Katolik
di negeri Belanda mengirimkan 2 orang utusannya ke Jakarta
yaitu Jacob Nellisen dan Lambert Prinsen. Kedudukan Missie
dipusatkan di Jakarta, Semarang dan Surabaya. Pada tahun
1834 di Padang ditempatkan seorang pastor. Sejak tahun 1808
hingga 1845 mereka hanya mampu menempatkan 16 orang pastor
itupun akhirnya hanya tinggal 4 orang.
4. Dalam Perang Diponegoro (1825-1830) ditengah-tengah
tentara Belanda ditempatkan seorang Pastor bernama Scholtes.
Dia mengadakan perjalanan inspeksi sampai ke Sulawesi dan
Maluku kemudian melaporkan hasil penyelidikannya kepada
Paus. Berdasarkan laporan itu Paus menganggap sudah tiba
waktunya untuk membantu dan meningkatkan Missie Katolik di
Indonesia menjadi Vicariat (perwakilan), lalu mengirimkan
Mgr. Jacob Croaff selaku pemimpinnya. Pada tahun 1848 dia
digantikan oleh Mgr. Peterus Maria Francken dengan dibantu
oleh 5 orang pastor. Di bawah pimpinannya, missie ini
mendapat kemajuan. Dari pulau pulau yang jauh letaknya
berdatangan permintaan dari umat Katolik yang hidupnya
terpencil. Akhirnya pada tahun 1859 kaum Yesuiten membantu
dengan mengirimkan missionaris ke pulau Jawa lalu
menempatkan mereka di Flores dan kepulauan lainnya.
5. Kemajuan Missie Katolik bertambah pesat setelah pada
tahun 1874 Mgr. Francken digantikan oleh Mgr. Claessen yang
sejak tahun 1848 bertugas di India. Didirikannya pos-pos di
Cirebon, Magelang, Bogor, Malang dan Madiun. Untuk Sumatra
di Medan dan Tanjung Sakti. Di Kalimantan dibangunnya
pangkalan untuk kristenisasi suku Dayak. Demikian juga
Makassar, Menado, Tomohon, Seram, Flores, Irian, Kendari,
Sumbawa dan Timor. Claessen digantikan oleh Vicarius
Apostoles M.J. Staal, kemudian pada tahun 1898 oleh Mgr.
E.S. Luypen S.J. Sejak masa itulah agama Katolik mulai
berkembang di pulau Jawa orang Jawa sukar untuk dirubah
agamanya. Mereka beragama Islam dan tidak mau dikatakan
tidak Islam, walaupun mereka tidak atau kurang menjalankan
syari'ahnya. Missie mengambil jalan lain yaitu dengan
mendekati anak-anak mereka yang pada umumnya hidup
kekurangan. Untuk mereka didirikan sekolah-sekolah dasar
dengan percuma, bahkan dengan diberinya alat-alat serta
pakaian yang diperlukan. Kanak-kanak itulah yang berangsur
di-Katolik-kan, dan itu terjadi sejak akhir abad ke 19. Maka
dapatlah dikirakan bahwa banyaknya jumlah orang Jawa yang
beragama Katolik adalah akibat karena mereka dahulu
bersekolah di sekolah-sekolah Katolik.
6. Pangkalan Missie untuk Jawa Tengah yang pertama ialah
Muntilan dan Mendut di mana sejak dahulu telah berdiri
sekolah Katolik. Sekarang Mundlan menjadi pusatnya agama
Katolik, kemudian Yogyakarta pun dipenuhi oleh sekolah
mereka. Guru-guru tamatan Muntilan dikirim ke luar daerah
dan banyak pula yang berdinas di sekolah Pemerintah
(Gubernemen). Dari tahun ke tahun mereka terus mendapat
kemajuan. Sekolah bertambah banyak terutama sekolah
Pendidikan Guru. Rumah Sakit dan Rumah Yatim juga dibangun,
sehingga kelihatannya memang benar-benar menguasai lapangan
sosial dan pendidikan. Pada akhir tahun 1923 sekolah mereka
berjumlah 52 buah dengan 5.840 orang murid. Mereka memiliki
surat kabar seperti Mingguan Java Post, Sociaal Leven En
Streven, Katholik Schoolblad Van Nederlands Indie dan De
Indische Voorhoede. Dalam bahasa Indonesia yakni Gereja
Katholik serta dalam bahasa Jawa Swara Tama. Di samping itu
mereka dirikan sebuah percetakan di Yogyakarta pada tahun
1922.
Untuk keperluan jalannya Missie Katolik beserta segala
usahanya, mereka menerima bantuan keuangan dari negeri
Belanda, yang diberikan oleh Dana St. Claverbond yang
berdiri tahun 1889 dan oleh berbagai perkumpulan missie
antara lain De Indische Missie Vereniging. Rupanya kaum
Katolik tidak hanya berjuang dalam penyiaran agama,
pendidikan, pengajaran, sosial serta pendirian
gereja-gereja, tetapi juga berjuang dalam bidang politik.
Pada tahun 1918 mereka telah mendirikan sebuah partai
politik dengan nama De Indische Katholieke Partij.
Sekianlah dengan sangat ringkas diuraikan sejarah masuknya
Missie Katolik dan pekerjaannya di tanah air kita.
4.4 KRISTENISASI DAN POLITIK
Sebagaimana yang telah diterangkan di atas, adalah
Kristenisasi mempunyai segi-segi politis. Demikian pula
dalam sejarah perkembangannya selalu dipengaruhi oleh
perubahan situasi politik, terutama di Eropa, di mana
partai-partai mereka selalu aktif dalam sidang polltik. Di
negeri kitapun mereka demikian juga halnya seperti ternyata
dalam berdirinya De Indische Katolieke Partij.
Pada zaman kemerdekaan dengan terbukanya kehidupan politik
di negeri kita mereka tidak ketinggalan membentuk partai
politik, di samping partai lain-lainnya.
1. Partai Kristen Indonesia atau Parkindo didirikan di
Jakarta pada tanggal 18 Nopember 1945 sebagai penjelmaan
dari Partai Kristen Nasional (PKN) vang dipimpin oleh Dr.
W.I. Yohannes. Di Sumatera didirikan orang Partai Kristen
Indonesia yang disingkat PARKI. Pada bulan Maret 1947
pimpinan dari kedua partai itu bertemu di Malang dalam
kesempatan sidang Komite Nasional Pusat mereka setuju untuk
bergabung. Maka tanggal 19 April 1947 Parki mengadakan
Kongres di Prapat dan memutuskan melebur diri serta
bergabung pada Parkindo.
Dalam Anggaran Dasarnya keputusan Konggres di Sala pada
tanggal 7-9 April 1950 dicantumkan antara lain:
a. Partai Kristen Indonesia (Parkindo) berasaskan paham
Kekristenan.
b. Anggota Partai ialah warga negara Indonesia yang beragama
Kristen serta berusia sekurang-kurangnya 18 tahun.
Dalam deklarasi atau Pernyataan Dasar Pendirian Parkindo
terdapat uraian sebagai berikut:
Pasal 1
Partai Kristen Indonesia (Parkindo) berdasar atas
kepercayaan bahwa:
a. Segala sesuatu adalah berasal dari Tuhan, oleh Tuhan dan
untuk Tuhan.
b. Bagi tiap-tiap Makhluk dan tiap-tiap lingkungan hidup
demikian pula bagi negara dan pemerntahan panggilan dan
hukum-hukum Tuhan sebagai ternyata dalam firman-Nya.
Pasal 2
Partai berpendirian bahwa negara berwujud karena Kehendak
Tuhan dengan tujuan mengatur hidup manusia di dunia, agar
dengan demikian warga negara dapat mempersiapkan diri untuk
hidup yang kekal.
Pasal 3
Parkindo adalah Partai Politik warganegara Indonesia yang
berhasrat memenuhi panggilan dan kewajibannya terhadah nusa
dan bangsa dan bangsa-bangsa lainnya dengan jalan berusaha
di lapangan politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan atas
dasar paham Kristen.
2. Partai Katolik didirikan di Yogyakarta oleh Kongres Umat
Katolik seluruh Indonesia pada tanggal 12 Desember 1949,
sebagai penjelmaan fusi daripada 17 partai Katolik yang
telah ada sebelum itu yakni:
1. Partai Katolik Republik Indonesia (P.K.R.I.) yang
didirikan di Surakarta.
2. Partai Katolik Rakyat Indonesia (P.K.R.I.) yang didirikan
di Makassar.
3. Partai Katolik Rakyat Indonesia (P.K.R.I.) yang didirikan
di Flores.
4. Partai Katolik Indonesia Timus (Parkit) yang didirikan di
Timor.
5. Persatuan Politik Katolik Flores (Perkokaf) didirikan di
Flores.
6. Permusyawaratan Majlis Katolik (Permakat) didirikan di
Menado.
7. Partai Katolik Indonesia Kalimantan (Parkika) yang
didirikan di Kalimantan.
Melihat banyaknya partai-partai itu tahulah kita betapa
besar hasrat mereka untuk berpolitik setelah negara kita
merdeka. Anggaran Dasar Partai Katolik sebagai gabungan
partai-partai tersebut di atas, telah disahkan dalam
Kongresnya yang pertama di Semarang tanggal 12 Desember
l949, di mana asas dan tujuan berbunyi sebagai berikut:
1. Partai Katolik berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa pada
umumnya serta Pancasila pada khususnya dan bertindak menurut
asas-asas Katholik,
2. Tujuan Partai Katolik ialah bekeria sekuat-kuatnya untuk
kemajuan Republik Indonesia dan kesejahteraan rakyatnya.
4.5 KEKUATAN DAN KELEMAHAN
1. Apa yang telah diuraikan di atas memberikan gambaran
kepada kita bagaimana ketekunan dan keuletan mereka dalam
menyebarkan agama Kristen. Bagaimena kerapian organisasi
mereka serta lengkapnya rencana yang mereka buat; dan
bagaimana besarnya pembeayaan yang sengaja disediakan. Apa
yang kita lihat dewasa ini adalah kemajuan kristenisasi yang
semakin meningkat. Berpuluh-puluh rumah sakit yang mereka
dirikan, semuanya besar dan lengkap dengan peralatan yang
modern. Beratus-ratus sekolah dengan gedungnya yang indah
dan megah, dari Taman Kanak-kanak hingga Universitas dan
Perguruan Tinggi, yang sebagian besar siswa dan mahasiswa
terdiri dari kalangan orang Islam. Kantor dan gereja-gereja
merupakan gedung-gedung indah menghiasi kota, terutama
Jakarta, dan kota-kota besar lainnya. Belum lagi disebutkan
proyek-proyek dalam bermacam-macam bidang tersiar di seluruh
tanah air. Dalam dunia persuratkabaran dan penerbitan
buku-buku serta pendirian percetakan-percetakan modern,
mereka memegang peranan yang amat menentukan.
2. Namun segala kebesaran yang mengagumkan sebagai yang
tersebut di atas itu tidak berarti bahwa mereka tidak
mempunyai kelemahan-kelemahan. Mereka banyak mempunyai
kelemahan, itu sudah tentu. Kelemahan itu tidak terletak
pada beaya, mereka berlebih dan melimpah-limpah dalam
memiliki pembeayaan. Tidak terletak pada man-power, mereka
cukup dan mempunyai kemampuan untuk membayar siapa saja yang
bersedia bekerja bagi mereka. Tidak terletak pula pada ilmu,
mereka ahli dan mampu memperkerjakan tenaga-tenaga ahli.
Tidak juga pada kekuasaan dan pengaruh dalam bidangnya
masing-masing.
Tetapi kelemahan itu terletak pada kelemahan ajaran agama
mereka sendiri dipandang dari segi ratio, justru dalam
hal-hal yang prinsipiil. Yaitu tentang I'tikad Trinitas,
Ke-Allahan Yesus, Dosa Turunan, Pertentangan Antara
Ayat-ayat Dalam Kitab Suci Mereka, serta tentang Pengertian
Wahyu dan sebagainya. Mereka menyadari bahwa ajaran Kristen
sebagaimana tersebut di atas memang sukar diterima oleh
akal. Hal-hal inilah yang telah menyebabkan kemunduran agama
Kristen di dunia barat di mana orang-orang tidak bersedia
lagi menerima ajaran bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Allah
Sendiri, seperti antara lain yang pernah dikemukakan oleh
Dr. B.J. Boland ketika berkunjung ke kantor Pimpinan Pusat
Muhammadiyah beberapa waktu yang lalu. Seperti yang telah
pernah ditulis oleh seorang pastor dalam salah satu majallah
bahwa jumlah pengunjung gereja di negeri Belanda semakin
menurun, dan seperti yang sering diceritakan oleh
orang-orang yang pernah mengunjungi Eropah dan Amerika
Serikat. Padahal di sana disediakan kenangan yang
melimpah-limpah untuk penyiaran agama Masehi dengan
pendirian gereja serta pergedungan lainnya. Di sana dapat
dikatakan uang itu tidak memperoleh sasaran yang semestinya,
dan perlu dialihkan ke bagian dunia yang lain, ke timur.
3. Dengan keadaan demikian maka nampakya di dunia barat
terutama di Eropah sudak tidak dapat diharap lagi untuk
menjadi bumi subur bagi agama Masehi, yang dewasa inipun
telah menjadi hanya seperti adat, bukan agama yang
dimengerti dan disadari secara jelas. Apalagi andaikata
(mudah-mudahan jangan) Perang Dunia III sudah sampai pada
taraf tidak terelakkan lagi, maka seperti yang telah pernah
diramalkan orang, dalam 17 jam pertama dari meletusnya
perang nuilir itu, seluruh Eropah Barat akan musnah demikian
juga mungkin seperempat dari bumi Amertka Serikat. Begitulah
agama Masehi akan kehilangan tempat berpijak serta basis
yang amat kuat dan kaya raya. Jadi apa yang harus dilakukan
orang dewasa ini ialah sejauh mungkin berikhtiar
menghilangkan gejala yang mungkin dapat menimbulkan perang
itu, dan usaha itu sampai sejauh sekarang ini telah
berhasil. Apa yang terjadi hanyalah perang setempat seperti
misalnya Victnam, Timur Tengah, dan kini di Afrika. Tetapi
apakah keadaan ini dapat dipertahankan untuk selamanya?
Nampaknya karena itu mengapa agama Masehi memerlukan tanah
persemaian baru yang masih dapat bertahan lebih lama serta
jauh dari kancah perang nuklir yang akan datang. Dan
persemaian itu harus sejak sekarang disiapkan agar jika
perang pecah (mudah-mudahan jangan) tempat yang baru sudah
siap selesai serta telah dapat berjalan seperti yang
diharapkan. Tempat itu terletak di timur, dimana penduduknya
belum sekritis penduduk Eropah.
4. Indonesia akibat penjajahan Belanda selama tiga setengah
abad, penduduknya kebanyakan bodoh dan miskin. Maka usaha
kristenisasi telah dapat menutupi kelemahan-kelemanannya itu
dengan membangun usaha-usaha pertolongan kepada rakyat
seperti mendirikan rumah pcmeliharaan orang miskin dan anak
yatim piatu, membangun rumah sakit dan balai pengobatan, dan
sekolah-sekolah yang beraneka macam ragamnya. Bangsa
Indonesia yang memeluk agama Kristen pada umumnya bukan
hasil daripada pengertian dan kesadaran, tetapi karena
pendidikan dimasa kanak-kanak dan karena merasa berhutang
budi atau jasa, sedang keyakinan dan pengertiannya terhadah
agamanya yang lama (Islam) masih terlalu dangkal. Adapan
mereka yang cerdas dan pandai atau mendapat gelar keilmuan
yang tinggi telah lebih dahulu hatinya disegel dengan
rumusan: imanadalah iman dan bukan pengetahuan, berimanlah
lebih dahulu barulah berusaha untuk mengerti. Akan tetapi
sampai berapa lama dan sampai berapa berapa generasikah
segel ini dapat dipertahankan? Manusia di barat telah
menjadi bukti bahwa akal tidak akan sanggup terlalu lama
disegel. Segel itu jebol dan akan keluar mencari jalan
lepas. (Bersambung)
CATATAN:
Artikel ini adalah bagian keempat dari enam serial tulisan Pater Yohannes Baptista Sariyanto Siswosoebroto berjudul "Siapakah Sebenarnya Juruselamat Dunia?" yang diterbitkan tahun 1977. Simak seluruh tulisannya mulai dari sini.
Artikel ini adalah bagian keempat dari enam serial tulisan Pater Yohannes Baptista Sariyanto Siswosoebroto berjudul "Siapakah Sebenarnya Juruselamat Dunia?" yang diterbitkan tahun 1977. Simak seluruh tulisannya mulai dari sini.
0 Komentar